Jika LHI Terbukti ‘Bersalah’, Apakah Kami Harus Malu?

Tulisan ini terinspirasi dari percakapan saya dengan orangtua serta teman beberapa hari yang lalu. Berawal dari diskusi tentang gonjang-ganjing berita mengenai kasus yang menimpa PKS akhir-akhir ini, yang mereka dengar dan saksikan lewat media (terutama TV). Karena mereka tahu bahwa saya adalah kader  PKS, maka mereka pun  menanyakan kebenaran berita (isu) itu kepada saya. Dan saya menjawab,

“Belum tentu benar. Semua masih dalam proses hukum…” Lalu mereka bertanya lagi, “Jika nanti LHI terbukti bersalah, bagaimana…? PKS khan partai dakwah, masa’ kamu gak malu…?” Sejenak saya terdiam. Tidak tahu harus berbicara apa. Tak bisa saya pungkiri, bahwa ada kebingungan dan kegalauan dalam hati saya ketika itu. Tapi sebagai kader PKS, tentu saja saya tak mau menampakkannya di depan siapa pun juga. Saya harus bisa menyimpannya rapat-rapat jauh di dalam lubuk hati saya.

Berhari-hari pertanyaan ini singgah dan mengusik pikiran saya. Berhari-hari pula saya berusaha mencari jawabnya. Jawaban yang pas buat orangtua dan teman saya, juga jawaban buat diri saya sendiri. Iya ya…kalau seandainya Ustadz LHI terbukti bersalah, sudah pasti saya akan malu sekali. Terus saya harus gimana? Sikap apa yang harus saya tunjukkan kepada orangtua, teman, saudara, tetangga dan orang-orang di sekitar saya? Apakah saya harus terus membela partai saya ini? Apakah saya akan terus berada di sini? Begitu banyak pertanyaan yang menggayuti benak saya. Sampai akhirnya saya merasa telah menemukan “jawaban”nya yang saya tuangkan dalam tulisan ini.

Sejujurnya, pertanyaan ini pun mungkin pernah diajukan kepada kader PKS yang lainnya. Dan saya yakin, jika perasaan bingung (galau) seperti saya ini juga pernah bahkan sering mengganggu tidur mereka.  Hal yang sangat wajar saya rasa, karena sebagai bagian dari PKS, tentu saja kami tak bisa mengelak dari semua rasa itu. Walaupun terasa berat memang untuk menetralisir hati yang sedang gundah. Akan tetapi, inilah yang harus kami lakukan agar tetap mampu mengangkat muka serta berdiri tegak di tengah-tengah terpaan badai yang datang bertubi-tubi.

Wahai saudaraku, kasus yang menimpa Ustadz LHI memang masih berjalan dalam proses persidangan. Kita sama-sama tidak tahu bagaimana akhir dari drama sapi ini. Tapi yang jelas akan ada dua kemungkinan, yaitu Ustadz LHI dinyatakan bersalah atau justru sebaliknya, palu hakim berpihak kepada Ustadz LHI dan beliau dibebaskan. Jika kemungkinan kedua yang terjadi, maka memang inilah yang sangat kita harapkan. Tak ada kata yang pantas kita ucapkan selain syukur  alhamdulillah. Namun jika dalam persidangan nanti Ustadz LHI terbukti “bersalah” melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana yang dituduhkan oleh KPK, barangkali inilah sikap/langkah yang pantas dan sebaiknya kita ambil atau lakukan :

Yang pertama adalah istighfar.

Kita semua tentu masih ingat apa yang diserukan oleh Ustadz Anis Matta dalam pidato perdananya, sesaat setelah beliau diangkat menjadi Presiden PKS (1/2/2013) menggantikan Ustadz LHI, yang ditangkap oleh KPK karena diduga terlibat dalam kasus suap impor daging sapi akhir Januari lalu. Ustadz Anis Matta mengajak semua kader PKS untuk melakukan istighfar (taubat nasional). Menurut Ust. Anis Matta, istighfar tak cuma diucapkan ketika kita berbuat salah. Tetapi juga ketika kita usai melakukan suatu perbuatan baik, seperti shalat misalnya. Dalam hal ini Rasulullah saw. juga telah mengajarkan kepada kita untuk selalu beristighfar sebanyak 70x dalam setiap harinya.  Dan sebagai manusia biasa yang  tak pernah lepas dari khilaf dan salah, istighfar ini harus menjadi “makanan” kita sehari-hari. Dan dalam konteks prahara PKS yang sedang kita hadapi saat ini, kita harus ingat bahwa semua ini merupakan takdir Allah SWT. Ini adalah “teguran” sekaligus ujian dari Allah kepada kita. Kita mohon ampunan-NYA dan kita kembalikan semua urusan hanya kepada Allah semata, karena DIA-lah yang lebih tahu apa yang terbaik untuk kita. Di balik semua kejadian pasti ada hikmahnya…

Yang kedua adalah luruskan niat.

Saya, dan juga semua kader PKS tentu takkan pernah lupa bagaimana dulu kita berjuang untuk masuk ke dalam jamaah ini. Tak pernah sedikit pun terpikirkan oleh kita, bila suatu saat nanti kita akan menaiki gerbong dakwah yang bernama PKS ini. Mengapa demikian? Ya…karena niat kita kala itu semata-mata karena  LILLAHI TA’ALA. Betapa saya masih ingat, kalau mau pergi liqo harus turun-naik mobil berapa kali, kadang-kadang malah harus menginap di rumah sang Murabbi, guna mencari dan mempelajari ilmu agama sebagai bekal kita di yaumil akhir kelak. Kita tak pernah berharap apa-apa dari semua itu. Dan ketika sekarang kita (PKS) dihadapkan kepada ujian ini, niat yang lurus ini tidak boleh berubah. Harus tetap  terjaga sampai kapan pun juga. Karena tujuan kita bukanlah ingin mencari kekuasaan, popularitas, materi dan lain sebagainya. Namun karena ingin mencari ridha Allah SWT. Partai hanyalah merupakan sebuah wasilah/sarana/wadah kita untuk berbuat, menyebarkan amar ma’ruf nahi munkar. Ada atau tidak adanya PKS, kita harus tetap melakukan amal shalih dan berdakwah, sehingga cita-cita mulia untuk menjadikan Islam sebagai rahmatan lil’alamin akan bisa tercapai…

Yang ketiga adalah rapatkan barisan.

Tak bisa dihindari memang bahwa badai yang menimpa PKS ini telah membuat kita terpuruk, semangat para kader pun melemah serta membuat retak nya bangunan ukhuwah di antara kader serta merenggangnya barisan dalam dakwah ini. Menurut saya ini lumrah saja, karena siapa pun orangnya pasti akan mengalami hal yang sama. Namun ini tak boleh berlarut-larut, kita harus keluar dari kesedihan dan kekecewaan yang dalam ini. Sebab bila ini terjadi, maka para musuh kita akan bertepuk tangan dan bersorak kegirangan. Karena memang inilah yang mereka harapkan, menghancurkan kita dari dalam. Dan inilah yang harus disadari oleh seluruh kader PKS. Kita mesti segera bangkit, kembali merapatkan barisan, menyatukan hati dan langkah. Bukankah Ali bin Abi Thalib ra. telah mengingatkan kita, bahwa “kebatilan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir”. Dan dalam kehidupan kita sehari-hari pun kita sudah seringkali mendengar pepatah : “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Jadi bagaimanapun kondisi PKS ke depannya, kita akan tetap dan selalu berada dalam barisan dakwah ini…!!!

Yang keempat adalah memaafkan.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan diri kita. Tak ada satu pun manusia di muka bumi ini yang steril atau terbebas dari kesalahan. Karena memang pada dasarnya manusia itu adalah ladang/tempatnya dosa, sebagaimana juga dengan Ustadz LHI. Apabila memang nanti beliau divonis “bersalah”, maka  sebagai kader tugas kita adalah memaafkan. Karena sesungguhnya Allah SWT juga Maha Pengampun dan Penyayang. Berlaku adil dan berlapang dada itulah yang terbaik. Jangan ada marah apalagi dendam di dalam hati kita. Di sini kita tidak mengenal istilah “gara-gara nila setitik, maka rusak susu sebelanga”. Sebab menurut saya, “susu” itu masih bisa dibersihkan. Masih bisa memberikan manfaat untuk orang banyak. Caranya adalah dengan tetap merangkul, terus menanamkan sikap ikhtiram (hormat) dan husnudzon kepada Ustadz LHI. Karena biar bagaimanapun beliau sudah memberikan yang terbaik untuk dakwah ini, sumbangsih/jasa beliau tidak bisa kita lupakan begitu saja. Kita harus senantiasa mendoakan beliau. Apapun yang terjadi, Ustadz LHI akan tetap menjadi “bagian” dari kita. Insya Allah…

Wallahu a’lam bishshawab… (sbb/dakwatuna)


DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment