Setelah 60 Tahun Disembunyikan,Kebohongan Amerika Soal Ayam Potong Terbongkar


Siapa tidak kenal Ayam potong di Indonesia? ayam yang identik dengan menu cepat saji Amerika Serikat di seluruh penjuru dunia, ini, ternyata disebut menyisakan kebohongan dan mengancam kesehatan umat manusia.

Worldtruth, mengabarkan, Amerika Serikat menyembunyikan kebohongan soal ayam tersebut selama 60 tahun terakhir.

Selama ini masih terjadi perdebatan apakah daging ayam aman untuk dikonsumsi.

Akhirnya setelah cekcok panjang bertahun-tahun, Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat megakui, daging ayam potong mengandung arsenik penyebab kanker.

Dalam sebuah riset yang dilakukan FDA, terbukti bahwa daging ayam yang dijual di Amerika selama 60 tahun terakhir ini mengandung arsenik.

Sebelumnya, hal ini sudah dipertanyakan oleh sejumlah pihak. Akan tetapi pihak FDA selalu menyangkalnya.

Baru di penelitian terakhir ini FDA secara resmi mengatakan bahwa daging ayam potong mengandung arsenik penyebab kanker.

Meski sudah membenarkan fakta tersebut, FDA masih memiliki kilah. Mereka berkata bahwa jumlah arsenik yang ada dalam ayam tersebut sangat kecil sehingga tidak berbahaya.

Anehnya, FDA sendiri sebenarnya sudah mengakui bahwa arsenik merupakan zat penyebab kanker.

National Chicken Council bahkan mengeluarkan pernyataan yang senada dengan FDA.

Mereka mengatakan dengan tegas bahwa daging ayam di Amerika aman untuk dikonsumsi.

Hal ini terdengar cukup aneh mengingat pihak mereka sendiri telah mengakui bahwa arsenik merupakan zat berbahaya penyebab kanker.

Itulah kebohongan yang disembunyikan oleh Amerika selama 60 tahun.

Jika Anda tinggal di Amerika, apakah Anda masih mau memakan ayam ‘aman’ yang mengandung arsenik? [Sebarkanlacom /Intisari-Online] DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment