3 Tahun Mengenang Kekejaman Rejim Al Sisi


Berikut ini kisah pembantaian  yang dilakukan oleh rejim brutal Abdel Fatah al Sisi atas aksi damai menentang kudeta di Dahkalia Manassah, Mesir 3 tahun lalu, atau  tepatnya 27 Juli 2013. Lebih dari 100 aktivis anti kudeta meregang nyawa sebagai upaya militer dan kaki tangannya untuk membubarkan aksi protes damai tersebut.

Ibrahim Algazairi, Safwat Mohamed dan Mohamed Abdel-Moemin adalah tiga syuhada diantara 100 lainnya syuhada lainnya. Pembantaian Manassah sering disebut juga sebagai “pembantaian mandat”, yakni pembantaian yang terjadi menyusul seruan Abdel Fattah Al Sisi kepada pendukungnya untuk keluar rumah dan mandat “memerangi para teroris (Ikhwanul Muslimin).” Hasilnya sangat mengerikan, dalam waktu singkat, protes damai di lapangan Manassah berubah menjadi genangan darah karena lebih 100 pemrotes tewas dan 5000 lainnya menderita luka-luka.

Sahwat Mohammed Safwat, 21 tahun, mahasiswa Fakultas Perdagangan, Universitas Mansurah syahid. Dia di kampusnya dikenal sebagai penulis puisi berbakat. Para sahabatnya mengenang, “Safwat sebagai orang yang berakhlak dan berhati mulia. Suaranya lemah lembut dan tidak sombong. Dia juga humoris dan peduli kepada perasaan orang lain. Semua orang yang dikenal menyukai dirinya”.

Sebelumnya, dia pernah ikut dalam aksi demo di istana Itihadiya, Kairo. Safwat ditembak dengan senapan angin dan mengenai mata kirinya. Beberapa tindakan operasi tidak dapat menyelamatkan matanya.

Beberapa hari sebelum meninggal, ayahnya mengajak untuk kembali turut dalam aksi protes. Ayahnya berkata bahwa Safwat pada waktu itu berdoa agar  Allah menganugerahi mati syahid karena membela kebenaran. Pada 27 Juli 2013, dia tertembak di kakinya, sempat tidak sadarkan diri selama beberapa hari sebelum kemudian syahid pada 3 Agustus 2013

Seorang syuhada’ lainnya, Mohamed Abdel-Moemin Tag,  24 tahun, menikah dengan anak yang masih berusia dua bulan. Dia adalah seorang Muslim yang taat dan berakhlak mulia. Dia suka membantu orang lain dan terlibat dalam banyak kegiatan sosial kemanusiaan.

Tag turut serta dalam aksi damai di lapangan Rabaa, menentang kudeta militer 3 Juli. Pada saat pembantaian Manassah, seorang sahabatnya  bertutur; “Mohammed Tag bersikeras ikut aksi demo meskipun sebelumnya dia tahu bahwa tentara telah menembaki para peserta aksi demo dengan membabi buta.”

Pada hari sebelum meninggal, dia tampak cerah wajahnya sehingga temannya bergurau, “Apakah kamu akan menikah hari ini?, Dia menjawab bangga, “Ya saya akan menikah hari ini di surga. Saya adalah salah satu diantara yang akan syahid.”   Gurauan Taq ternyata terbukti. Tag meninggal terkena tembakan di perut dan dagu ketika sedang mengevakuasi para korban yang terluka dan meninggal.

Sementara  Ibrahim Mahmoud Algazairi, 42, menikah dengan dua anak. Sahabatnya menyebut dia sebagai pekerja keras dan jujur. “Dia dikenal karena keberaniannya dan suka membela orang yang dizalimi dan membutuhkan,” Seperti halnya Muhamad Tag, Algazairi meninggal dalam aksi damai di Manassah tertembak di kepalanya pada Sabtu pagi, 27 Juli 2013.

(permatafm) DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment