Rantauprapat – Insiden penangkapan muadzin bernama Eka Ramadhana yang mengingatkan suara musik keras saat perayaan HUT Pemkab Labuhanbatu ke-71 di saat berkumandangnya adzan menjadi gunjingan, baik di kalangan pengunjung maupun pegawai yang hadir saat itu.
Jika panitia matang dalam merencanakan tahapan kegiatan dan memahami lokasi yang berdekatan dengan dua masjid di sana, hal itu seharusnya tidak akan terjadi.
“Bikin malu saja panitianya, apa pun ceritanya itu kesalahan panitia. Seharusnya panitia tahu itu jam shalat. Masa tak dipikirkan suara adzan dari dua masjid tadi, saya saja mendengarnya, jelas kalipun. Selaku PNS sayapun malu,” ujar salah seorang berpakaian dinas kepada wartawan seperti dikutip dari Medansatu.com, Senin (17/10).
Sejumlah warga pun menyesalkan sikap panitia. Mereka beranggapan panitia yang dipercayakan menggelar acara tidak mempertimbangkan waktu adzan shalat Dzuhur. Insiden itu juga disayangkan oleh ayahanda Ramadhana, yang langsung datang bersama warga ke Polsek Labuhanbatu usai mendengar kabar penangkapan anaknya.
“Saya jelaskan barulah mereka mengerti, untung tidak dipukuli. Maunya panitia pun sadar, sudah jam shalat, ya istirahatlah sebentar,” terangnya.
Sementara, Plt Sekda, Ahmad Muflih saat dihubungi wartawan mengaku kurang tahu pasti kejadian itu. “Bukan mematikan sound system, mungkin cakapnya agak keras. Tapi coba tanya ketua panitia Pak Sarbaini, dia yang paham,” katanya.
Sedangkan ketua Panitia Peringatan HUT ke-71 yang juga sebagai Asisten I Pemkab Labuhanbatu, Sarbaini, saat dimintai tanggapannya mengapa saat adzan di masjid tetap menghidupkan suara musik, enggan berkomentar. Pesan singkat yang dilayangkan tak kunjung dibalasnya.
Bupati Pemkab Labuhanbatu, H pangonal Harahap ketika dimintai tanggapan usai acara soal insiden itu mengatakan bahwa panitia sedang khilaf.
“Itu bukan insiden, cuma kekhilafan. Sudah saya panggil tadi panitianya,” aku Pangonal.
0 komentar:
Post a Comment