10 Kenangan Manis Tak Terlupakan di Aksi 212 yang Menambah Empati dan Persaudaraan

1. Warga Bandung Tumpah Ruah Menyambut Muslim Ciamis
Harus diakui salah satu momentum yang tak terlupakan adalah saat warga Ciamis memilih berjalan ke Jakarta untuk mengikuti aksi 212. Ini setelah banyak perusahaan bus yang tak mau mengangkut perserta aksi setelah dilarang oleh polis.

Gerakan itu memicu solidaritas dan semangat Muslim lain untuk bisa bergabung dengan aksi tersebut. Sambutan bagi Muslim Ciamis yang mengikuti aksi pun cukup meriah.

Di sepanjang pinggiran Jalan Protokol Soekarno Hatta, Kota Bandung, menuju Kota Cimahi, masyarakat Kota Bandung dan Cimahi tumpah ruah menyaksikan dan melihat rombongan massa aksi 212 yang tengah berjalan kaki menuju Jakarta dari Kabupaten Ciamis untuk mengikuti aksi super damai 2 Desember.

Semua kalangan masyarakat begitu antusias melihat perjalanan rombongan massa aksi. Dari pantauan Republika.co.id, banyak masyarakat yang dengan semangat memberikan bekal makanan dan minuman untuk para massa.

Tidak hanya itu, banyak di antara mereka yang mengabadikan momen tersebut dengan merekam perjalanan massa aksi. Gema takbir terlantun di sepanjang perjalanan para rombongan massa aksi jalan kaki.

Mereka tanpa lelah terus melantunkan takbir. Long march yang dilakukan pun terlihat sangat rapi dan tertib. Meski long march sedikit mengakibatkan kemacetan. Ada pula, orang-orang yang ditugaskan untuk menjaga kebersihan sepanjang perjalanan. Mereka dengan cekatan memperhatikan sampah-sampah yang berserakan dan terus dibersihkan.

Wakil Koordinator Lapangan Massa Aksi 212 Ciamis, Johan mengatakan, pihaknya akan terus berjalan menuju Jakarta mengikuti aksi super damai 2 Desember. “Tidak ada rencana apa pun, kami konsisten dari awal di Ciamis menuju ke Jakarta dengan berjalan kaki,” ungkapnya, Kamis (1/12).

Sebelumnya, Ade Risman, Staf GA PT Hariff yang bergerak di bidang telekomunikasi, mengaku terharu sekaligus bangga melihat rombongan massa aksi jalan kaki yang berangkat dari Ciamis menuju Jakarta untuk ikut aksi super damai 2 Desember mendatang.

Dirinya beserta staf dan pimpinan perusahaan sengaja memberikan bantuan makanan, minuman serta uang alakadarnya untuk rombongan yang saat ini melewati Jalan Soekarno Hatta Bandung. Bahkan, usai nanti bekerja, beberapa staf perusahaan akan ikut aksi besok.

Ditolak Perusahaan Bus, Ribuan Muslim Lampung Naik Angkot

Seribuan umat Islam berada di kapal fery Pelabuhan Bakauheni (Lampung). Massa bergerak ke Jakarta dari Lampung menyewa mobil angkutan kota (angkot) untuk bergabung dalam Aksi Bela Islam III di Jakarta pada Jumat (2/12). Mereka nekat menyewat angkot setelah perusahaan bus menolak untuk disewa.

“Sekarang sedang masuk kapal fery di Pelabuhan Bakauheni. Seribuan umat menyewa angkot ke Jakarta karena bus menolak disewa,” kata Fuad, salah seorang aktivis masjid yang bergabung dengan massa umat Islam asal Lampung kepada Republika.co.id, Kamis (1/12).

Selain menyewa mobil angkot, massa umat Islam juga membawa kendaraan pribadi dan beberapa bus milik pribadi umat. Massa bergerak ke Pelabuhan Bakauheni setelah Subuh. Diperkirakan rombongan umat Islam asal Lampung akan tiba di Jakarta pada petang atau malam hari.

Selama dalam perjalanan dua jam lebih dari Kota Bandar Lampung menuju Pelabuhan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan, tidak ada hambatan baik dari aparat kepolisian maupun pihak lainnya. “Lancar-lancar saja. Sekarang semua sudah di Bakauheni,” ujar Fuad.

2. Memborong Makanan untuk Peserta Aksi
Koordinator aksi damai 212 di Islamic Center Kota Bekasi memborong dagangan para pedagang yang berjualan di seputaran Islamic Center untuk memenuhi kebutuhan logistik peserta aksi. Beragam bentuk donasi pun terus mengalir dari masyarakat Kota Bekasi.

Ketua ICMI Kota Bekasi, Hans Munthahar, mengatakan kiriman makanan dari masyarakat melimpah ruah. Donasi berupa uang tunai, air mineral, makanan, dan nasi bungkus terus berdatangan. Hampir 3.000 nasi bungkus dikirimkan oleh masyarakat se-Kota Bekasi untuk logistik peserta aksi.

Ia mengungkapkan, pihaknya juga menggratiskan peserta aksi yang ingin membeli makanan dan minuman di kompleks Islamic Center. Seluruh pedagang asongan dan kaki lima sudah diborong.

“Pedagang-pedagang sini sudah kami borong semuanya supaya berdagang kopi teh untuk pagi-pagi tidak usah menarik bayaran. Gratis semua buat peserta aksi,” ujar Hans Munthahar, Jumat (2/12).

Hans mengungkapkan, puluhan pedagang dikumpulkan dan dipersilakan untuk melayani logistik peserta aksi tanpa menarik uang bayaran. Koordinator aksi yang akan membayarnya dengan donasi dari masyarakat. Seluruh peserta aksi tanpa kecuali bisa memesan teh atau kopi gratis.

3. Kakek-Kakek Ikut Berjalan Kaki dari Bogor
Rombongan massa Aksi Superdamai 212 dari Bogor Raya terdiri atas berbagai kelompok usia. Mulai dari anak-anak, remaja hingga yang berusia lanjut. Rombongan akan menempuh jarak tak kurang dari 80 kilometer.

Di antara rombongan, ada sejumlah remaja yan berasal dari Sukabumi, Jawa Barat. Mereka mengaku berangkat sejak subuh menuju Kota Bogor. Fadil Muhammad (15 tahun) mengaku tidak dipaksa atau diperintah pihak mana pun untuk mengikuti aksi.

Murid dari Ma’had Bhani Hasyim, Sukabumi itu mengaku hanya ingin membela agama. “Kemauan kami sendiri. Tidak ada yang suruh, baik itu guru atau siapa pun. Kami tujuannya bela agama. Kami mah sudah biasa jalan jauh, Insya Allah kuat,” ujarnya.

Sementara itu, Rahmat Ibu Aulia (60 tahun), seorang pensiunan PNS, juga mengaku optimistis kuat menempuh perjalanan. Gerakan ini, menurut pria yang membina sebuah rumah tahfiz itu, juga sebagai bentuk kritik untuk penguasa.

“Pedoman kita diabaikan. Pedoman hidup kita dihinakan kaum kafirin munafikin. Itu alasan saya ikut,” ujar kakek dengan lima cucu itu.

Seorang kakek lainnya, Tatan Rahman (57 tahun) mengaku sanggup menempuh perjalanan. Jarak ini, menurutnya, tidak ada apa-apanya dibandingkan perjuangan Rasulullah SAW. Warga asal Paledang, Kota Bogor, itu mengaku hanya ingin menuntut keadilan.

Apabila hukum sulit bicara, dia mengatakan maka warga Muslim akan terus bergerak. “Agar Indonesia juga tenang. Hukum ditegakkan secara adil, mudah-mudahan umat Islam bersatu membela Quran,” katanya.

Adapun para peserta long march diminta tak khawatir pasokan makanan maupun layanan kesehatan karena mobil pandu selalu siap siaga. Selain mendapat pengamanan aparat kepolisian, sejumlah ormas juga mengerahkan laskar-laskar mereka.

4. Para Artis pun Ikut Membantu Peserta Aksi
Aksi Bela Islam III atau yang dikenal dengan sebutan Aksi Super Damai akan digelar di Lapangan Monas Jakarta Jumat (2/12/2016). Aksi yang akan diadakan mulai pukul 08.00 sampai 13.00 tersebut mengundang perhatian dari berbagai kelompok dan profesi kaum Muslimin. Tak terkecuali para artis.

Mereka pun turut aktif mendukung aksi umat Islam untuk membela Alquran dari sang penista. Baik dengan cara menyumbangkan makanan, pakaian dan logistik lainnya, maupun dengan cara turut serta dalam aksi demo tersebut.

Salah satu artis yang sangat aktif mendukung Aksi Super Damai adalah Camelia Malik. Bersama penyanyi Evi Tamala dan artis lainnya, Camelia menjadi relawan yang menyambut dan mengurus berbagai keperluan para jamaah peserta aksi dari luar kota yang menginap di Masjid Agung At-Tiin, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Kamis-Jumat (1-2 Desember 2016).

“Kami didukung oleh banyak pihak, termasuk artis-artis, yang merasa terpanggil untuk turut serta membela Alquran yang merupakan Kitab Suci umat Islam, kalam Allah Yang Mahasuci,” kata Camelia Malik saat ditemui Republika.co.id di Masjid Agung At-Tiin, Kamis (1/12/2016).

Artis yang akrab dipanggil Mia itu hadir secara langsung di Masjid Agung At-Tiin bersama dengan sejumlah artis lainnya, untuk menyambut dan mengurus keperluan para para peserta aksi dari berbagai kota. Termasuk rombongan Mujahidin dari Ciamis, Jawa Barat, yang sebelumnya menempuh perjalanan dengan berjalan kaki lebih 150 km demi membela Alquran.

“Kami menyediakan untuk mereka makan tiga kali pada hari Kamis, yakni makan pagi, makan siang dan makan malam. Adapun pada hari Jumat, kami menyediakan makan pagi untuk mereka, sebelum mereka berangkat ke Monas,” papar aktris film dan penyanyi berdarah Padang-Arab-Jawa itu.

Selain makanan, kata artis kelahiran Jakarta, 22 April 1955 itu, banyak pula donatur yang memberikan sumbangan dalam bentuk barang, seperti baju koko, sandal, dan obat-obatan. “Hand phone saya hidup 24 jam. Bahkan, tidur pun HP saya taruh di bantal saya. Banyak sekali para peserta aksi maupun donatur yang menelepon saya terkait dengan pelayanan di Masjid Agung At-Tiin untuk para peserta demo dari luar kota,” tutur Camelia Malik penuh semangat.

5. Pertama Kali ke Jakarta, Langsung Ikut Aksi
Muhammad Amir (47 tahun) menanti bus yang akan membawanya ke Jakarta, Kamis (1/12). Di salah satu sudut teras Masjid Baitussalam, Serengan, Solo, Amir menanti kedatangan bus sambil melantunkan sholawat. Amir adalah salah satu dari ribuan warga se-Solo Raya yang akan berangkat untuk mengikuti aksi Super Damai, Bela Islam III di Jakarta pada Jum’at (2/12) besok.

Ini pertama kali dia datang ke Jakarta. Sekaligus pertama kali mengikuti aksi damai terkait penistaan Alquran yang dilakukan oleh Gubernur nonaktif DKI Jakarta alias Ahok. Pada aksi damai 4 November lalu, Amir sebenarnya berniat untuk ikut bersama teman-temannya yang bergabung dengan Laskar Umat Islam Solo (LUIS). Namun teganjal lantaran anggota keluarganya sakit.

“Alhamdulillah, sekarang saya bisa berangkat. Dulu (aksi 4 November) saya hanya bisa sedekah alakadarnya untuk bekal teman-teman ke Jakarta, sekarang saya ikut. Karena saya yakin, melihat yang kemarin pun aksinya damai, besok juga kita hanya doa, untuk negeri ini dan tegaknya keadilan,” tutur Amir kepada Republika.co.id jelang keberangkatan masa dari Solo pada Kamis (1/12) siang.

Dia pun menunjukkan sejumlah barang yang dibawanya dalam tas ransel. Di tas hitamnya itu, terdapat perlengkapan shalat, sikat, dan pasta gigi. Selain itu ia juga membawa kantong plastik. Kata dia, kantong plastik itu sengaja dipersiapkan istrinya agar dapat digunakan sebagai tempat sampah makanan dan minuman peserta aksi super damai di Jakarta nanti. Amir berkomitmen untuk menjaga kebersihan saat berlangsungnya aksi nanti.

“Memang tidak ada instruksi dari panitia, ini inisiatif karena diingatkan istri juga. Karena ini aksi superdamai harus menjaga kebersihan Jakarta juga, kita tidak boleh mengotori lingkungan dengan sampah, nanti plastiknya saya kasih ke teman-teman juga,” tutur Amirnya.

Hal serupa juga dilakukan Ridwan (43 tahun), bahkan tak hanya perlengkapan shalat dan plastik untuk tempat sampah, dia juga membawa tiga botol berisi air mentah. Dia mengatakan, air mentah itu digunakan untuk berwudhu. Sebab dia khawatir saat berlangsungnya aksi nanti, kesulitan mendapatkan air untuk wudhu.

“Karena waktu aksi kemarin (4 November) susah dapat air wudhunya, lama mengantre kan. Supaya cepat tidak ketinggalan kalau sholat jamaah, ya saya persiapkan saja dulu,” tuturnya.

Sebanyak 2.700 warga se-Solo Raya berangkat ke Jakarta pada Kamis (1/12) siang. Mereka berangkat dengan mengendarai 43 bus. Sebagian warga juga ada yang berangkat menggunakan mobil pribadi. Terpisah, Kapolresta Solo, Achmad Luthfi, mengatakan di hari yang sama dengan berlangsungnya aksi super damai di Jakarta, warga Solo juga akan melakukan aksi berupa istigosah dan tablig akbar yang digelar oleh MUI Solo. Kegiatan tersebut akan berlangsung di Masjid Agung Keraton Solo usai pelaksanaan shalat Jumat.

6. Kisah Donat Gratis Ustaz Arifin Ilham


Saat aksi superdamai pada 2 Desember 2016 lalu, banyak masyarakat yang berpartisipasi untuk menyedekahkan minuman dan makanan gratis untuk para peserta aksi. Sedekah juga banyak dilakukan para penjual yang menggratiskan dagangannya.

Ustaz Arifin Ilham mengisahkan tentang penjual donat saat aksi 212 lalu di akun Instagram pribadinya. Penjual donat tersebut tiba-tiba ada di depannya dan mengatakan donat gratis untuk para peserta aksi. Dalam sekejap, donat ini habis terbagi kepada jamaah aksi 212 yang melaluinya.

“Setiap jamaah yang mendapat donat gratis nampak kagum dengan keikhlasan sang penjual donat. Namun saya amati setiap kali menerima donat, para jamaah melesakkan sesuatu ke saku celana sang penjual donat,” kata Arifin Ilham di akun Instagram pribadinya, Senin (5/12).

Ia pun mendekati penjual donat tersebut yang merapikan kotak dagangannya sambil menghitung uang yang diterimanya dari ‘paksaan’ jamaah yang diberikan donat secara cuma-cuma. Mata penjual donat tersebut tampak berkaca-kaca menghitung lembaran uang yang rata-rata adalah pecahan Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu.

“Ya Allah, dua juta seratus ribu rupiah,” kata penjual donat seperti dikutip status Arifin Ilham.

Ia pun tertegun melihat kejadian penjual donat tersebut yang ia sebut sebagai pertunjukkan Allah yang luar biasa. Menurutnya, satu orang pedagang donat keliling pasti secara ekonomi bukan dalam kategori yang berkecukupan. Akan tetapi memiliki keikhlasan yang luar biasa.

“Allah mempertemukannya dengan orang-orang baik yang mudah sekali bersedekah. Pedagang donat yang sehari-hari berdagang donat di Monas dengan nilai dagangan tidak lebih dari dua ratus ribu mendapatkan uang lebih dari dua juta hari ini. Berbagi tak harus menunggu lapang. Orang baik bertemu orang baik – 2 Desember 2016,” ujar pimpinan Majelis Taklim Az Zikra ini.

7. Seseorang yang Awalnya Nyinyir Lama Lama Jadi Mikir


*Adalah saya akan tak ikut lagi aksi 212..?*

Saya anggap dunia adalah soal bagaimana hidup dan cari kehidupan.. bagaimana menikmati dan lebih baik dari manusia lain, bagaimana bisa punya status baik, dihargai dgn apa yg dipunya dan sedikit jalan2 menikmati dunia..

Saya anggap orang yg maju dalam agama itu adalah yg berfikiran luas dan penuh toleransi, saya anggap tak perlulah terlalu fanatis akan sesuatu, tak perlu reaktif akan sesuatu, keep calm, be cool.. Janganlah sesekali dan ikut2an jadi orang norak.. ikut kelompok jingkrang2 dan entah apalah itu namanya..

Saya tak ikut aksi bela agama ini itu. Kalian jgn usil, jgn pikir dgn kalian-ikut dan saya-tidak artinya kalian masuk syurga dan saya tidak..! Saya ini beragama lho, saya ikut berpuasa, saya bersedekah dan beramal.. Saya bantu orang2, bantu saudara2 saya juga,, jgn kalian tanya2 soal peran saya ke lingkungan, kalian lihat orang2 respek pada saya, temanpun aku banyak.. tiap kotak sumbangan aku isi..

Saya masih heran, apa sih salah seorang Ahok..? Dia sudah bantu banyak orang, dia memang rada kasar tapi hatinya baik kok, saya hargai apa yg sudah dia buat bagi Jakarta..

Saya anggap aksi ini itu hanya soal politis karena kebetulan ada Pilkada. Saya tak mau terbawa2 arus seperti teman2 kantor yg tiba2 juga mau ikut aksi, saya anggap itu berlebihan dan terlalu cari2 sensasi.. paling juga mau selfie2..

Sampai satu saat..

Sore ini dalam gerimis saat saya ada di jalan, dalam mobil menuju tempat miting, dalam alunan musik barat saya berpapasan dgn rombongan pejalan kaki, saya melambat, mereka berjalan tertib, barisannya panjang sekali, pakai baju putih2, rompi hitam dan hanya beralas sendal, muka mereka letih, tapi nyata kelihatan tidak ada paksaan sama sekali di wajah2 itu.. mereka tetap berjalan teratur, memberi jalan ke kendaraan yg mau melintas, tidak ada yg teriak, berlaku arogan dan aneh2 atau bawa aura mirip rombongan pengantar jenazah yg ugal2an.. Ini aneh, biasanya kalau sdh bertemu orang ramai2 di jalan, aromanya kita sudah paranoid, suasana panas dan penuh tanda tanya negatif..

Sore ini, di jalan aku merasa ada kedamaian yg kulihat dan kurasa melihat wajah2 dan baju putih mereka yg basah terkena gerimis..

Papasan berlalu, aku setel radio lain..6 ada berita, rombongan peserta aksi jalan kaki dari Ciamis dan kota2 lain sudah memasuki kota, ada nama jalan yg mrk lalui.. Aku sambungkan semua informasi, ternyata yg aku berpapasan tadi adalah rombongan itu.. Aku tertegun..

*Lama aku diam, otakku serasa terkunci, analisaku soal bagaimana orang beragama sibuk sekali mencari alasan. Tak kutemukan apa pun yg sesuai dgn pemikiranku.*
Apa yg membuat mereka rela melakukan itu semua..? Apa kira2..?
aku makin sibuk berfikir.. Apa menurutku mereka itu berlebihan..? Rasanya tidak, aku melihat sendiri muka2 ikhlas itu.. Apa mereka ada tujuan2 politik..? Aku rasa tidak, kebanyakan orang sekarang mencapai tujuan bukan dgn cara2 itu..

Apakah orang2 dgn tujuan politik yg gerakkan mereka itu..? Aku hitung2 dari informasi, akan ada jutaan peserta aksi, berapa biaya yg harus dikeluarkan untuk itu kalau ini tujuan kelompok tertentu.. Angkanya fantastis, rasanya mustahil ada yg mau ongkosi krn nilainya sangatlah besar..

Aku ‘dalam’ berfikir, di mobil, masih dalam gerimis, kembali berpapasan dgn kelompok lain, berbaju putih juga, basah kuyup juga.. Terlihat di pinggir2 jalan, anak2 sekolah membagikan minuman air mineral ukuran gelas, sedikit kue2 warung ke mereka, sepertinya itu dr uang jajan mereka yg tak seberapa..

Aku terdiam makin dalam.. *Ya Allah* ,
*Kenapa aku begitu buruk berfikir selama ini..?*
*Kenapa hanya hal2 jelek yg mau aku lihat tentang agamaku..*
*Kenapa dgn cara pandangku soal agamaku..?*

Aku mampir ke masjid, mau sholat Ashar.. aku lihat sendal2 jepit lusuh banyak sekali berbaris.. aku ambil wudhu..

Kembali di teras, kali ini aku bertemu rombongan tadi, mungkin yg tercecer. Muka mereka lelah sekali, mereka duduk, ada yg minum, ada yg rebahan, *dan lebih banyak yg lagi baca Qur’an..* Hmmm..

Aku sholat sendiri,. Tak lama punggung ku dicolek dari belakang, tanda minta aku jd imam, aku cium aroma tubuh2 dan baju basah dari belakang.. Aku takbir sujud, ada lagi yg mencolek. Nahh.. *Kali ini hatiku yg dicolek..*

Entah kenapa, hatiku bergetar sekali, aku sujud cukup lama, mereka juga diam.. Aku bangkit duduk, aku tak sadar ada air bening mengalir dari sudut mataku..

*Ya Allah.. Aku tak pantas jadi imam mereka.* Aku belum sehebat, setulus dan seteguh mereka.. Bagiku agama hanya hal2 manis, tentang hidup indah, tentang toleransi, humanis, pluralis, penuh gaya, in style.. bla bla bla.. *Walau ada hinaan ke agamaku aku harus tetap elegan, berfikiran terbuka..
*Kenapa Kau pertemukan mereka dan aku hari ini ya Allah ?* *Kenapa Kau jadikan aku imam sholat mereka..?*
*Apa yg hendak Kau sampaikan secara pribadi ke aku..?*

Hanya 3 raka’at aku imami mereka. Hatiku luluh ya Allah.. Mataku panas nahan haru.. Mereka colek lagi punggungku, ada anak kecil usia belasan cium tanganku, mukanya kuyu tapi tetap senyum.. agak malu2 aku peluk dia, dadaku bergetar tercium bau keringatnya, dan itu tak bau sama sekali..
*Ini bisa jadi dia anakku juga.*
*Apa yg telah ku ajarkan anakku soal Islam..?*
*Apakah dia levelnya sekelas anak kecil ini..?*
_Gerimis saja aku suruh anakku berteduh.. dia demam sedikit aku panik.._

Aku nangis dalam hati.. di baju putihnya ada tulisan nama sekolah, SMP Ciamis.. Ratusan kilo dari sini.. Kakinya bengkak karena berjalan sejak dari rumah. Dia cerita bapaknya tak bs ikut karena sakit, dan hanya hidup dr membecak, bapaknya mau bawa becak ke Jakarta bantu nanti kalau ada yg capek, tapi dia larang..
_*Aku dipermalukan berulang2 di masjid ini..*_
Aku sudah tak kuat, ya Allah..

Mereka bangkit, ambil tas2 dan kresek putih dr sudut masjid, kembali berjalan, meninggalkan aku sendirian di masjid, rasa2nya melihat punggung2 putih itu hilang dr pagar masjid, _*aku seperti sudah ditinggal mereka yg menuju syurga..*_
Kali ini aku yg norak, aku sujud dan inilah sujud terlama yg pernah kulakukan, cair mataku keluar lagi.. kali ini cukup banyak, untung lagi sendirian..

Sudah jam 5an, lama aku di masjid, serasa terkunci tubuhku di sini.. miting dgn klien sptnya batal.. *aku mikir lagi soal ke Islamanku, soal komitmenku ke Allah,*

*Allah yg telah ciptakan aku, yg memberi ibu bapakku rejeki, sampai aku dewasa dan bangga seperti hari ini.. dimana posisi pembelaanku ke agamaku hari ini..?*
Ada dimana..?
_*Imanku sudah aku buat nyasar di mana..?*_

Aku naik ke mobil, aku mikir lagi. Kali ini tanpa rasa curiga, kurasa ada sumbat besar yg telah lepas dalam benakku selama ini.. Ada satu kata.. Sederhana sekali tanpa bumbu2.. _*Ikhlas dalam bela agama itu memamg nyata ada..*_

Aku mampir di Minimarket, kali ini juga makin ikhlas, makin mantap.. Aku beli beberapa dus air mineral, makanan kering, isi dompet aku habiskan penuh emosional..
*Ini kebangganku yg pertama dalam hidup saat beramal,* aku bahagia sekali..
*Ya Allah ijinkan aku kembali ke jalanMu yg lurus, yg lapang, penuh kepasrahan dan kebersihan hati..*

*Ya Allah ijinkan aku besok ikut Shalat Jum’at dan berdoa bersama saudara2ku yg sebenarnya..*
*Orang2 yg sangat ikhlas membela Mu..*
Besok, tak ada jarak mereka dgn Mu ya Allah.. Aku juga mau begitu, ada di antara mereka, anak kecil yg basah kuyup hari ini.. tak ada penghargaan dr manusia yg kuharap, _*hanya ingin Kau terima sujudku..*_ Mohon Kau terima dgn sangat.. Bismilahirahmanirahiim..💐💐

(1 Desember 2016 , Diceriterakan oleh Joni A Koto, Arsitek, Urban planner.. alumni ITB 93)

8. Seorang Ibu yang Memberi Sendal Santri Ciamis yang Berjalan tanpa Alas Kaki
Penantian saya dan orang-orang yang berbaris di sepanjang Jl Raya Cileunyi, tidak sia-sia pun tidak surut walau hujan terus mengguyur.

Begitu rombongan pendemo dari Ciamis yang berjalan kaki muncul dari kejauhan, semua bersiap. Kami berdiri, berbaris panjang sekali di tepi jalan, menenteng kresek dan kardus berisi segala macam yang bisa kami berikan. Air minum dalam kemasan, hansaplast, jamu dalam kemasan sachet siap minum, masker untuk jaga-jaga jika nanti gas air mata disemburkan penguasa, sandal jepit, jas hujan dan pakaian ganti plus sekantung plastik roti, donat, permen, buah, cemilan dll dalam satu plastik berbentuk paketan, kami bagikan. Mereka, menerima dengan sangat senang hati. Takbir bersahutan tiada henti. Hujan, banjir, tidak menyurutkan massa untuk berkumpul memanjang dari Ujung Jalan Raya Cileunyi sampai Bundaran Cibiru dan sepanjang jalan Soekarno-Hatta sampai Kantor Perhutani Soekarno – Hatta.
Yang membuat saya merinding, seorang santri kecil berusia delapan tahun, terlihat ikut berjalan bersama rombongan. TANPA ALAS KAKI, mengatupkan kedua telapak tangan dan menggigil kedinginan diguyur hujan.

Segera saya “tewak” dan tarik ke pinggir anak itu.
“Sandalnya mana ?” tanya saya.
“Putus Buu, jadi saya buang,” katanya.
Seorang dari kami menyodorkan sepasang sandal jepit baru.
“Bawa baju ganti ?” tanya saya lagi.
Anak itu menggeleng.

Saya tarik makin ketepi, tepat di Teras Bank BJB ini. Saya minta dia melepas plastik kantung yang dipakainya untuk menahan hujan. Ternyata baju seragam santri yang dipakainya pun basah kuyup. Segera kami sodori sehelai kaos panjang dan trening panjang, lalu dia memakai jas hujan yang juga kami sodorkan.

“Kenapa ikut ?” tanya saya.
“Ngagentosan ( menggantikan ) pun Bapa ( ayah saya ),” jawab anak lelaki itu.
“Bapa ade kamana ( Bapakmu kemana ) ?” tanya saya sambil menggenggam kan beberapa lembar uang.
“Atos ngatunkeun ( sudah tiada ),” jawab seorang santri dewasa yang muncul di belakangnya.
Ada rasa nyeri yang menyayat perut di bawah iga kanan saya

Entah apa yang ada di benak para penghina, penyinyir dan penista yang kedua orangnya masih lengkap, berusia dewasa, punya biaya, uang banyak, gagah perkasa DAN dia MUSLIM tapi bisanya cuma menyinyiri, menista dan menghina…

Rombongan lewat, semua logistik paketan habis kami bagikan. Tinggal logistik dalam wadah kardus dan karung. Kami naikkan ke ambulance dan mobil-mobil bertanda rombongan.
Tetiba saya dibuat terkejut. Satu demi satu gadis-gadis berjilbab lebar itu bergantian memeluk saya dan saling berpelukan antar sesamanya dengan mata basah.

Ucapan syukur dan tangis kegembiraan mereka, juga terasa menyayat hati saya.
“Bu, ayo ikut !” teriak anak gadis berjilbab lebar dan mengendarai sepeda motor. Saya diajak ikut mengiringi laju rombongan itu bersama anak-anak lain, dengan motor mereka.
Bahagianya hari ini, melupakan derita nyeri di hari pertama datangnya “tamu bulanan” saya…..

Dari akun FB Dara Lana Tan

9. Jual Sawah Dan Kerbau demi Aksi Bela Islam 212
Massa akhirnya membubarkan diri secara tertib setelah selesai menunaikan salat Jumat berjamaah di kawasan Monas, Jumat (2/12) siang.
Namun di tengah perjalanan menuju kendaraan-kendaraan yang terparkir di sepanjang jalan di sekitar Monas, sejumlah pedemo tetap meneriakkan harapan dan tekad. Siap berjuang membela Islam dari upaya-upaya penistaan.

Di antaranya terlihat sekelompok massa yang berasal dari Jemaah Masjid At-Tasyri Koang Banten.

Sembari meneriakkan komitmennya, mereka membentangkan sebuah spanduk di dekat Masjid Istiqlal.

“Kami ngajual sawah, ngajual kebo, rela tak bekerja, demi jihad ka Jakarta. Ngebela agama Alloh,” teriak salah seorang jemaah lewat pengeras suara.

Kalimat itu hamper mirip dengan tulisan yang ada di spanduk yang mereka bentangkan.

Aksi ini langsung menarik perhatian sejumlah umat lainnya.

Alhasil, banyak yang berusaha mengabadikan aksi jemaah dari Banten tersebut lewat kamera ponsel masing-masing.Dalam spanduk yang dibentangkan, massa juga menyatakan mencium harum surga di Jakarta 212.

Selain aksi jemaah Masjid At-Tasyri Koang Banten, kehadiran sejumlah pasukan TNI wanita juga menarik perhatian massa.

Mereka bahkan tak ragu-ragu meminta agar diizinkan dapat berfoto bersama.

“Habis dari sini langsung pulang ya,” ujar salah seorang pasukan TNI wanita, usai berfoto bersama dengan warga.

10. Mualaf yang melihat Bendera Hitam Raksasa

Saya mahasiswa S1 IPB 2001, angkatan 38, dan masih merasakan kuliah di Baranangsiang 1 tahun sebelum akhirnya ke Dramaga

Pas pindah ke Dramaga, saya dan temen-temen seangkatan berpikir, lebih enak mengontrak 1 rumah, biar lebih bebas dan aturan sendiri

Karena temen-temen saya banyak yang Muslim, saya persilakan mereka yang pilihkan nama buat kos-kosan baru kami di Dramaga

Mereka putuskan namanya “ARROYA”, saya yang waktu itu bukan Muslim terang bingung, apa artinya? Asing sekali di telinga

Mereka bilang, ARROYA itu bendera Rasul Muhammad yang mereka cinta, bendera hitam bertuliskan lafadz syahadat dalam Islam

Bendera yang bukan hanya jadi identitas, tapi juga kebanggaan dan keyakinan, bersesuaian dengan apa yang menjadi dasar inti Islam

Benderanya ditunjukkan pada saya, sontak saya berkata “Keren banget ini!”. Asa kesan kuat, memukau, pesonanya terpancar memukau

Mereka jelaskan lagi, ini bendera dibawa pasukan detasemen, mereka-mereka yang gagah berani, orang-orang pilihan Muhammad saw

Saya pun berseloroh, padahal belum Muslim pada saat itu “Kayaknya kalau saya bawa bendera ini, saya nggak akan takut mati!”
.
Siapa sangka Allah kabulkan doa itu, Allah berikan hidayah, iman di dada, dan kesempatan dakwahkan kalimat dalam panji Rasulullah itu

Dan linangan airmata ini tak dapat terbendung berpadu tetes hujan, saat bendera itu berkibar megah di tengah aksi #BelaQuran 212

Ya Rabb, perkenankan kami selalu membela kalimat-Mu, menjunjung tauhid, dan istiqamah dalam kalimat Laa ilaaha illa Allah DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment