Terbongkar, 5 Fakta Harus Diketahui Soal Terorisme, Yang Tidak Mungkin Ada di Media Sekuler


Perang melawan terorisme yang di pimpin oleh Amerika mendapatkan respon positif bagi penguasa di negeri ini. Corong nya BNPT dan eksekutornya Densus 88. Bersama kepolisian membangun narasi tunggal tentang melawan terorisme. Tentu saja di dukung oleh media sekuler untuk melanggengkan opini mereka. Berikut 5 fakta yang tidak pernah di publis media soal terorisme.

Semua Fakta barang bukti harus Identik dengan Islam

Tak pernah luput satu persoalan terorisme di Indonesia yang tidak di kaitkan dengan Islam dan Umat Islam. Semua tersangka harus sedemikian di cirikan dekat dengan Islam. Hal itu dilakukan polisi saat  paparan barang bukti. Kita masih ingat kasus IAH pelaku kekerasan terhadap pendeta di gerja Katolik Medan Agustus lalu – dengan tanpa benar terbukti bahwa dia memang mengantongi khat ‘tauhid’ identik ISIS lalu kemudian paparan itu di munculkan kepolisian seakan memastikan kalau IAH adalah orang Islam yang dekat dengan Islam.Tampai detik ini tabir bahwa IAH memang membawa khat itu tak terungkap.

Semua level Masyarakat harus dibuat takut

Pasca penangkapan di duga terorisme, maka prosedur tetapnya adalah kepolisian langsung buat paparan. Dan setiap paparan itu, harus memastikan ada motif dan modus pelaku yang beragam dan variatif. Semua ini menjadi strategi opini dasar kepolsian agar semua level masyarakat merasa ketakutan.

Semua opini itu pasti menyeser kepada lembaga, komunitas bahkan sampai pada urusan dapur. Ada opini bahwa Rohis harus di waspadai, pesantren harus di waspadai, Gerakan islam harus di waspadai, bercadar harus di waspadai, berkaos harus di waspadai, bercelana jeans harus diwaspadai, berjenggot diwaspadai, berinternet diwaspadai, sampai teranyar Bom Panci, dan akibatnya panci menjadi ketakutan ibu ibu – dan menjadi pembicaraan ibu ibu dalam bergosip dan harus di waspadai.

Teranyar terduga terorisme ibu ibu dengan balitanya di tangkap – sungguh jika ini tidak terbukti di pengadilan maka ini bentuk pelecehan kepada wanita.

Terorisme yang tidak di eksekusi mati di lapangan berpotensi jadi pendukung Deradikalisasi

Lihatlah setiap tersangka terorisme yang masih hidup tak di eksekusi oleh pihak kepolisian – umumnya mereka bebas kemudian menjadi mitra kepolisian dalam memberantas terorisme. Dan rata rata yang seperti itu memang berpendidikan – karena mereka akan mampu menjadi corong deradikalisasi dalam forum forum ilmiah. Sebut saja Ghazali. Ghazali sebelum disangkakan teroris memang seorang dosen dan Jurnalis. Karyanta banyak – pendidikannya S2, lepas dalam sangkaan terorisme dia lenggang dan sekarang menjadi corong BNPT untuk mengopinikan perang melawan terorisme di berbagai forum.

Terorisme yang dirksekusi mati relatif tidak populer di masyarakat.

Abu Bakar Baasyir dengan tuduhan sejak tahun 1980’an sebenaranya sudah layak versi densus 88 untuk di eksekusi mati di tempat. Namun mereka tak melakukannya karena densus 88 tau bahwa ABB memiliki jamaah yang cukup banyak di  Indonesia. Agat politik tidak bergejolak ABB di tangkap lalu di penjara dengan waktu yang cukup lama hingga kemungkinan usianya juga akan berakhir di penjara. Inilah cara mereka untuk mengeksekusi mati tersangka terorisme. hal itu beda dengan tersangka yang tidak memiliki jamaah banyak ~ dan apalagi tidak berpendidikan. Semuanya akan di eksekusi mati di lapangan. Kebablasan saat eksekusi Santoso ~ belum relatif banyak jamaahnya namun ternyata umat Islam sambut jenazah santoso dengan penuh kisah.

Setiap Insiden bom menimpa opini besar


Soal ini… Semua bisa membacanya :

Bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton menimpa isu  kasus Daftar Pemilih Tetap (DPT) dalam pemilu Presiden. Bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) 2011 juga disinyalit Pengalihan isu penolkan kehadiran Obama.

Selanjutnya bom Depo 2014 juga  dikaitkan dengan pengalihan isu, eksekusi mati para bandar Narkoba, dimana Australia dan Brasil sangat keberatan, berupaya agar warganya tidak dihukum mati kala itu.  Bom Sarinah Pengalihan kasus Freeport yang mencoba tidak patuh pada peraturan divestasi pertambangan. Dan bulan lalu,  Bom Gereja Samarinda upaya pengalihan pengalihan isu pasca aksi 4 Desember ~ eskalasi politik mengarah pada #tangkapAhok .

Dan kini Bom bekasi densus 88 melalui kepolsian berang terus disebut rekayasa – eko sang pelawak di tangkap karena mengatakan ini adalah pengalihan isu. (UI) DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment