Kisah Kepedulian Seorang Penjual Roti untuk Muslim Rohingya


Kocaeli – Seorang lelaki penjual roti simit di provinsi Kocaeli di bagian barat laut Turki telah mendonasikan penghasilannya selama bekerja dua hari untuk Muslim Rohingya yang tengah mengalami persekusi biadab oleh para ekstremis Buddhis dan militer Myanmar.

Pria tersebut adalah Erkan Ayhan, 40 tahun, yang berprofesi sebagai penjual roti khas Turki, yaitu Simit. Dengan berjualan simit, semacam roti kering berbentuk gelang yang ditaburi dengan biji wijen, Ayhan menghidupi keluarganya selama 14 tahun. Ia pun mengaku tidak bisa tinggal diam terhadap kejadian yang menimpa saudara-saudara Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar.

“Saya tidak bisa makan apa-apa pada saat Hari Raya Idul Adha kemarin. Mereka (otoritas Myanmar) terus membunuhi saudara-saudara kami laki-laki dan perempuan kaum Muslimin di Rakhine,” kata Ayhan.

Untuk itu ia menyumbangkan pendapatannya selama dua hari kerja sebanyak 147 Lira (sekitar US$ 43) melalui Lembaga Kemanusiaan IHH yang berbasis di Turki untuk diberikan kepada Muslim Rohingya.

“Saya memutuskan untuk melakukan yang terbaik karena dunia masih saja diam. Namun demikian, Rohingya tidak cukup hanya menerima bantuan dari saya. Di sini, saya menyerukan kepada dunia untuk mengambil tindakan untuk menolong saudara-saudara kita,” imbuhnya.

Ayhan mengatakan tidak bisa tidur setelah menyaksikan foto-foto/gambar penderitaan Muslim Rohingya. “Saya mengajak seluruh umat Islam untuk berdoa bagi Rohingya, dan juga menolong mereka”.

Seorang pria lainnya bernama Vedat Kara membeli Simit Ayhan dan berharap dengan pembeliannya itu bisa sedikit membantu Muslim Rohingya. Menurutnya, “Situasi di negara bagian Rakhine itu tidak bisa diterima, dan Dunia Islam seharusnya bisa membantu mengatasi setiap masalah dengan persatuan.”

Berdasarkan data PBB terbaru pada hari Jumat (08/09), sekitar 270.000 warga Muslim Rohingya  telah menyeberang ke Bangladesh, sementara puluhan ribu lainnya nasibnya tidak menentu karena terusir dari kampung-kampung mereka yang dibakar menyusul aksi kekerasan & brutalisme oleh aparat Myanmar.

Negara bagian Rakhine mengalami situasi ketegangan antara warga Muslim dan para Buddhis sejak terjadinya aksi kekerasan yang dipicu oleh propaganda kebencian Biksu Ashin Wirathu pada tahun 2012.

Menyusul tindakan keras otoritas Myanmar yang menggelar operasi militer pada bulan Oktober 2016 di distrik Maungdaw, PBB melaporkan adanya pemerkosaan dan pembunuhan masal, termasuk ditemukannya banyak balita dan anak-anak yang tewas akibat pemukulan secara brutal, dan kasus orang hilang. Dari laporan tersebut ditemukan bukti-bukti adanya pelanggaran hak asasi manusia oleh aparat keamanan Myanmar yang mengarah kepada kejahatan terhadap kemanusiaan. (Ims)

Sumber: Wordlbulletin/kiblat DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment